Kamis, 24 Desember 2009

DALAM TUBUH ORANG WAGAAMO YANG SEHAT, TERDAPAT ROHANI YANG SEHAT

ANDA JANGANLAH TAHU MENCARI PAGAR YANG BERMUTUH UNTUK MEMAGARI TANAMANNYA, TETAPI JAGALAH TUBUH ANDA KARENA TUBUH ADALAH PAGAR HIDUP UNTUK MERAWAT, MEMELIHARA, MENYELAMATKAN ROHANI KITA

Manusia diciptakan TUHAN dari debu tanah menurut gambar dan rupa–Nya sendiri. Seterusnya dihembuskan nafas hidup-Nya ke dalam hidung manusia. Demikianlah manusia menjadi mahluk yang hidup yang lengkap dan sempurnah adanya. Manusia diciptakan dalam dua ukuran yang berbeda namun demikian keadaamya satu, yaitu : Rohaniah dan Jasmaniah. Nafas hidup menjadi tali pengikat antara kedua bagian yang berbeda. Keduanya adalah satu kesatuan yang lengkap dan tak dapat dipisahkan. Atau berdiri secara sendiri. Manusia yang hidup mempunyai tugas yang cocok di antara segala ciptaan TUHAN, karena menerima mandat Ilahi dari Sang Pencipta.
Tugas manusia yang diberikan TUHAN ialah lengkap, sebagaimana diuraikan Nahor Boma dalam Skripsinya menjelaskan bahwa :

“Dimana orang Kristen dapat melihat kembali dengan kemahatahuan TUHAN dan TUHAN menciptakan manusia serta menempatkan untuk hidup di tengah-tengah segalah ciptaan-Nya. Sehingga dengan maksud TUHAN yang besar kepada Umat-Nya, supaya kepunyaan milik-Nya akan menata, memelihara, menjaga dan mengelola untuk menghasilkan hasil kekayaan sehingga dalam hal ini sebagai orang Kristen tidak terlepas dari tugas di bumi yang dapat dikerjakan oleh manusia, sebagai rutinitas yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan spritualitas bahkan materialiatas dalam lembaran hidup manusia”, (Nahor, 2004:1).
Manusia yang utuh (lengkap) adalah manusia yang menerima dan menjalankan mandat Ilahi. Karena fungsi atau manfaat manusia lengkap adalah sarana untuk mempraktekkan visi TUHAN. TUHAN menjadikan manusia untuk tempat atau rumah kediaman-Nya. Maka manusia wajib menjaga dan merawat tubuh bagian esensi dari pemujaan kepada TUHAN sebagai Sang pemilik otoritas ilahi atas tubuh manusia. Mengenai pentingnya tubuh, ditulis Rasul Paulus bahwa : “Tidak tahukan kamu, bahwa kamu adalah Bait ELOHIM dan bahwa ROH ELOHIM berdiam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan Bait ELOHIM, maka ELOHIM akan membinasakan dia…” (I Kor. 3:16-17).
Jikalau seseorang tidak merawat, memelihara bahkan sampai membinasakan bait TUHAN oleh karena kebutuhan lahiriah (makan, minum dan kesehatan); maka TUHAN akan membinasakannya.
Manusia itu satu kesatuan yang sempurna yang tidak bisa dapat dipisahkan keberadaan antara tubuh dan jiwa. Keduanya saling menopang dan saling melengkapi, namun dalam melangsungka peranannya masing-masing berbeda. Tetapi keduanya dipandang TUHAN sangatlah penting, oleh karena itu ketikan TUHAN YESUS berada di dunia ini, Ialah memenuhi dan melayani serta menyembuhkan kedua bagian manusia itu secara sempurna. Pernyataannya ini sesuai dengan tulisan Malcolm Brownlee menuliskan dalam bukunya yang berjudul: ‘Tugas Manusia Dalam Dunia Milik TUHAN’ bahwa :

“Dalam Alkitab manusia bukan roh atau tubuh saja, tetapi kesatuan tubuh dengan roh. Karena itu apa yang mempengaruhi manusia juga mempengaruhi rohnya. Hal jasmaniah seperti makan, minum, pakaian, kesehatan, tempat untuk bertedu, dll. Tidak bisa dipisahkan dari hal-hal rohani”, Malcolm B. 2004:8).

Tubuh jasmaniah membutuhkan material, demikian juga tubuh rohaniah membutuhkan spiritual. Tetapi kebutuhan jasmaniah tidak dapat dipuaskan oleh spiritual, demikian juga sebaliknya. Tujuan akhir daripada pemenuhan kebutuhan manusia yang ganda ialah untuk mencari kepuasan, kesejahteraan dan kemakmuran di dunia dan di surga nanti.
TUHAN ELOHIM telah memandatkan tugas kepada manusia bahwa setiap orang, masing-masing memelihara, merawat, dan menjaga kedua bagian tubuh yakni rohani dan jasmani sambil melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk melayani dan memuliakan-Nya. Pernyataannya ialah bagaimana caranya agar manusia dapat memelihara, merawat dan menjaga secara sempurnah sambil mejalankan tugas dan tanggungjawab di bumi? Jawabannya ialah: setiap manusia berusaha mengembangkan daya dan kemampuan kreativitasnya, yang dianugerahkan secara cuma-cuma oleh ELOHIM bagi tiap-tiap orang; entah orang benar ataupun orang berdosa yang ada di bawah kolong langit. Dengan satu maksud usaha sadar dari pribadi yang sempurnah untuk mengembangkan perekonomian demi pemenuhan secara berkesinambungan, dalam jangka waktu dan tempat yang berbeda.
Setiap manusia yang ada di dunia ini mempunyai kebutuhan masing-masing. Sejak bayi lahir di dunia itupun ia mempunyai kebutuhan. Bayi menangis karena butuh minum atau makan setelah besar kebutuhan juga akan bertambah. Kebutuhan zaman dahulu tidak sama dengan zaman modern kini. Semakin bertambahnya peradaban manusia, akan semakin bertambah pula kebutuhan manusia. Hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Drs. Kartono dan Dra. Titin Marlina di dalam bukunya Ekonomi Untuk SLTP, yaitu:

“Telah kita ketahui bahwa kebutuhan manusia itu sangat banyak bahkan dapat dikatakan tak terbatas, sementara factor yang mempengaruhi kebutuhan manusia itu bermacam-macam. Manusia selalu berusaha agar semua atau sebagian besar kebutuhannya terpenuhi sehingga merasa makmur”, (Kartono, dkk. 1995:14).

Kebutuhannya ialah baik rohani maupun jasmani. Kebutuhan yang diminta cepat memenuhinya ialah kebutuhan jasmaniah setelah itu kebutuhan rohaniah. Hal itu sesuai dengan Malcolm Brownlee menuliskan dalam bukunya “Tugas Manusia Dalam Dunia Milik TUHAN”, antara lain :

”Tidak mungkin mengabarkan Injil secara meyakinkan kepada orang yang sakit gigi, karena ia hanya akan memikirkan giginya. Ia tidak akan memikirkan KRISTUS. Penderitaan yang keras sekali dapat menutup orang kepada Injil. Demikian juga orang yang miskin sekali, seperti orang gelandangan, jarang bertobat dan mengikut KRISTUS sebelum keadaan jasmaninya dapat diperbaiki. …Orang yang sengsara dan melarat sekali, biasanya menutup hatinya kepada Injil kalau ia belum pernah mengalami sesuatu yang memampukannya mengerti Injil sebagai kabar yang menggembirakan”, (Brownlee, 2004:9).

Pernyataan tersebut di atas menggambarkan keterkaitan antara tubuh manusia dengan hakikat Injil bagi manusia yang sempurnah. Injil hanya dapat diterima sepanjang tubuh sebagai Bait ELOHIM berada dalam kondisi yang sehat dan memungkinkan. Mengerti makna Injil secara sehat bila ditunjang oleh tubuh yang sehat pula.
Penyehatan tubuh dalam agenda perbaikan stándar ekonomi rumah tangga Gereja adalah sebuah kewajiban. Program pengembangan ekonomi Jemaat, tidak lain ialah suatu upaya sadar yang patut mewujudkan dalam rangka pemantapan ketahanan kebutuhan primer dan sekunder bagi para Pekerja Gereja sebagai sebuah pendekatan kemanusiaan yang taat dalam mematuhi panggilan penataan sumber daya alam sebagai bagian dari ciptaan TUHAN.
Akhibat proses pembangunan dan modernisasi yang berjalan secara pesat dalam masyarakat ekonomi mengumum (global), masyarakat Papua pada umumnya dan khususnya Warga Gereja sebagai Umat TUHAN Kingmi di Klasis Wagamo Kabupaten Paniai diseret masuk dalam lingkaran perubahan pada seluruh aspek kehidupan manusia. Strategis Gereja dalam memperkuat ketahanan diri dan mempersiapkan umat TUHAN untuk menyambut era (masa) tuntutan dan persaingan ekonomi dan perdagangan bebas (free trade) yang secara keseluruhan adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban iman untuk tidak hanya memberi kepuasan dan kenikmatan atas kenikmatan ekonomi dalam pasaran bebas, tetapi lebih berorientasi kepada peran serta Warga Gereja untuk berjaga-jaga dalam melawan arus ekonomi dunia yang bisa menjadi leviathan (mahluk raksasa yang menyeramkan).
Dorongan kekuatan kebebasan ekonomi dan penguasaan para kapitalis (pemilik saham/modal) yang ikut memainkan modernisasi (perubahan) telah mengubah watak dan karakteristik Warga Gereja di Klasis Wagamo, terutama sebelum masuknya Kabupaten di Paniai. Nilai-nilai dan etika kekristenan yang mengutamakan sikap saling memberi dan solider (sahabat) kepada para Gembala Jemaat semakin turun merosot (menurun). Sikap individualistis menjadi syndrome (tanda-tanda/gejala-gelala) dan pola trend (pola baru) yang tertanam dalam hati dan benak masyarakat Gereja. Pola dan prinsip ekonomi Gereja yang mengutamakan azas kebersamaan semakin mengalami erosi (terkikis/mengurang) dalam ruang Gereja yang kudus. Prinsip untung rugi dalam kamus perbendaharaan Gereja menjadi gaya rasio (pemikiran secara logis) manusia pelaku ekonomi. Kemelud (keadaan yang berbahaya) dan tantangan harus diperangi untuk membangun rumah tangga ekonomi Gembala atau pekerja Gereja dengan sebuah semangat yang mencerminkan hakikat (dasar/hal yang sebenar-benarnya) nilai-nilai pemerataan demi sebuah ketangguhan (kekuatan) Bait ELOHIM di muka bumi.
Untuk menghadapi situasi dan kondisi seperti ini oleh kemahatahuan TUHAN, telah mempersiapkan dan melengkapi kita beraneka ragam potensi Sumber Daya Alam (SDA), yakni : Tanah, Emas, Tembaga, Perak, Nikel, Hutan, Kayu, Rumput, Ikan, Kuskus, Ternak, dsb. (Flora dan Fauna). Dan Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu : Tubuh, jiwa, roh, kekuatan, kesehatan, nafas hidup, hikmat, pengetahuan, kepintaran, kepandaian, bakat, talenta, karunia, dsb. untuk melayani manusia seutuh/sempurnanya, yakni pribadi dan orang lain; jasmani dan rohani; serta melayani TUHAN dalam mengembangkan hidup di dunia ini dan hidup yang akan datang (kekal).
Sungguhpun Sang Pencipta telah melengkapi orang Kristen Klasis Wagamo Kordinator Paniai Selatan dengan hal-hal di atas di mana masyarakat hidup di alam yang disediakan oleh TUHAN bagi manusia. Banyak harta kekayaan sehingga dapat menunjang hidup orang Kristen lebih khusus lagi Kebutuhan Ekonomi Gembala Dalam Pelayanan, tetapi sayangnya bagi beberapa hamba TUHAN dan Umatnya beranggapan bahwa dunia dan seisinya adalah jahat (dosa), sehingga akhibatnya mengorbankan Bait ELOHIM dan Pelayanan-Nya dengan jalan tidak mengembangkan SDA dan SDM yang dikaruniakan-Nya itu. Karena pemahaman yang timbul di kalangan hamba TUHAN dan Umat-Nya bahwa dunia dan seisinya adalah jahat (dosa), maka yang sebenarnya harta benda dan kekayaan ciptaan TUHAN itu bukan dosa, melainkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya itu untuk kepentingan manusia agar manusia menikmati, mengelola dan menata. Yang menjadi dosa ialah “Janganlah barang-barang itu dijadikan sebagai suatu penyembahan serta tidak memikirkan Radix (akar) yang sehat dan tidak memuliakan TUHAN sebagai berkat, maka benarlah bahwa itu dosa”. Maksud TUHAN menciptakan supaya manusia menerima dan menikmati, bukanlah hanya rohani belaka melainkan juga jasmaniah. ELOHIM terus berkarya dalam segala ciptaan-Nya sebagaimana pendapat dari Fictor. I. Tanja, bahwa : “Dia adalah ELONIM yang menyertai ciptaan-Nya, dan kesinambungan antara rohani dan badani, antara sorgawi dan duniawi, tetapi hidup baru yaitu suatu hidup yang dikerjakan di dalam ELOHIM” (Viktor, 1996:26). Jadi melihat kembali kepada Firman TUHAN, bahwa ciptaan-Nya itu bukanlah dosa, melaikan suatu kesalahpahaman dari masyarakat dan salah digunakan maka disitulah letak terjadinya dosa. Oleh sebab itu sebagai orang Kristen perlu menempu usaha di berbagai bidang dan lain-lain. Tetapi konsep yang memikirkan masyarakat di Klasis Wagamo Kordinator Paniai Selatan, adalah adanya penyebab demikian akhirnya mengundang kemiskinan melanda di kalangan Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua Klasis Wagamo Kordinator Paniai Selatan. Kemiskinan tidak akan melanda di kalangan Gereja Kemah Injil (KINGMI) Klasis Wagamo Kordinator Paniai Selatan, ketika kita memandang alam ciptaan itu bukan dosa atau jahat tetapi itu adalah sebagai suatu pemberian TUHAN Pencipta kepada kita untuk kepentingan manusia, agar manusia menikmati, mengelola, dan menata dalam mendukung pelayanan pemberitaan Injil di dunia Wagamo. Jika kemiskinan melanda di Klasis Wagamo, bukanlah kemiskinan Iman Kristen tetapi kebutuhan akan hidup fundamental/mendasar yakni makan dan minum yang dijawab dan ditata oleh manusia itu sendiri. Hal itu diuraikan juga oleh Nahor Boma dalam Skripsinya :

“Ketika Injil keselamatan masuk di tengah-tengah masyarakat dengan semangat menerima berita kebenaran TUHAN. Dan pengajaran diajarkan kepada pihak penerima pertama, mengajarkan secara alkitabiah yang baik dan praktis. Namun kepada penerima pertama yang terdahulu ajarkannya baik, tetapi kesalahpahamannya terjadi pada diri mereka dan beranggapan bahwa yang diajarkan social ekonomi serta kekayaan, barang-barang semuanya ini merupakan duniawi dan dosa. Kemudian konsep kesalahpahaman itu dari penerima pertama terus mengajarkan kepada pihak penerima kedua yaitu kepada anggota Jemaat. Akhirnya beranggapan bahwa social ekonomi itu dosa, sehingga mereka kurang kepedulian terhadap harta benda kekayaan, usaha yang diciptakan oleh TUHAN”. (Boma, 2004:1-2).

Lebih khusus lagi TUHAN melengkapi hamba-hamba-Nya (Gembala-Gembala) dengan berbagai macam talenta, seperti : tukang bangunan, peternakan, perikanan, cincangan, anyaman, ukiran dsb. untuk mengembangkan hidup ini dan melayani Dia. Tetapi sayangnya banyak hamba TUHAN telah mengorbankan talenta yang TUHAN berikan kepadanya sebab masih terperuh dengan traumatis (luka berat) atau pengaruh kondisi lama yang orang pertama menanamkan itu bahwa “Jadi Gembala manusia, janganlah Gembala ternak”, dalam arti usaha-usaha lain selain menggembalakan Umat TUHAN.
Pengalaman Pdt. Yosia Tebay, S. Th, M. A. menceritakan dalam diskusinya Mata Kuliah Teologi Sosial, yaitu :

“Waktu saya melayani salah satu Jemaat di Paniai, Missionaris datang mengunjungi kami. Sebelumnya mereka melarang Gembala memelihara babi atau usaha lain. Kebetulan mereka temukan saya piara babi, mereka melarang dengan tegas bahwa ‘Kamu mau jadi Gembala manusia atau Gembala ternak’ tetapi saya juga berkeras hati dan mengatakan ‘Kalau kamu yang membiayai saya, saya akan berhenti. Kalau tidak saya tidak akan dengar kamu’. Akhirnya mereka meninggalkan saya. Hasilnya anak-anak saya jadi manusia. Kita buat usaha apapun janganlah kita mengorbankan pelayanan yang intinya dari TUHAN dengan jalan jangan menghambakan diri kepada mammon”, (Pdt. Yosia Tebay, Diskusi Mata Kuliah ”Gereja dan Sosial”, 3 Pebruari 2006, Pos Tujuh Sentani).

Apa yang pernah diajarkan oleh Missi itu masih terpengaruh sampai saat ini. Hal itu jelaslah di dalam buku yang ditulis oleh Pdt. Dr. Benny Giay “Gembalakanlah Umat-Ku”, yang menguraikan tentang pengalaman Pdt. Markus Iyai, S. Th, bahwa dalam ceramahnya mengajak menggali ekonomi Jemaat dan bagaimana cara mengembangkannya, tetapi banyak Gembala yang menolaknya, (Giay, 1994:134-141). Hal ini kita bisa terima jikalau situasi dan kondisi tidak berubah dan lembaga lain sedang memperhatikan kebutuhan pribadi dan keluarga Gembala di dalam pelayanannya. Jika segala aspek kehidupan manusia berubah maka system pelayanan kita juga berubah, tetapi Injil tidak dapat berubah.
Perubahan demi perubahan selalu terjadi tetapi manusianya masih belum berubah. Sementara karena perubahan terjadi maka kebutuhan ekonomi meningkat sehingga Umat TUHAN lamban memperhatikan Gembala, ini menjadi persoalan di dalam Umat TUHAN dan Gembalanya. Sehingga terjadi perbedaan-perbedaan presepsi/pendapat antara Gembala-Gembala itu sendiri membuat merosot/menurunnya iman dan pertumbuhan Umat TUHAN Gereja Kemah Injil (KINGMI) Di Tanah Papua, Klasis Wagamo Kordinator Paniai Selatan.

Hal tersebut di atas dipengaruhi karena :
Pertama : Kurangnya pengetahuan tentang penyesuaian perubahan-perubahan zaman yang selalu terjadi, maka kesadaran dalam menjalankan tugas Gereja serta partisipasi Umat sangat rendah.
Kedua : Kurangnya mengembangkan bakat atau talenta yang TUHAN berikan untuk mengembangkannya.
Ketiga : Kurang adanya kordinasi antara pemimpin Gereja dan Gembala dalam pelayanan.
Keempat : Kurang adanya komunikasi dan hubungan kerja dalam memberikan ceramah atau seminar berhubungan dengan hal-hal di atas para pemimpin Gereja dan Gembala itu sendiri, sehingga mengorbankan pelayanan yang intinya.

Penulis telah menemukan empat poin di atas ini yang harus ditangani oleh pemimpin Gereja pada masa kini. Jikalau Gereja mewujudkan nilai-nilai Kerajaan TUHAN di dunia Papua pada umumnya dan Klasis Wagamo khususnya melalui 4D Sinode KINGMI di Tanah Papua, maka dihimbau kepada Gereja bahwa keempat hal tersebut di atas diperhatikan oleh pemimpin Gereja. Penulis menyadari bahwa melaluinya akan menghadirkan nilai-nilai Kerajaan TUHAN di bumi Papua yang kita cintai ini.

Oleh: PEKEIBO SENIOR